WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
PANTAI UTARA tampak tenang di penghujung sore. Di sebuah teluk yang lengang sekelompok burung-burung kelelawar terbang kian ke mari. Sebentar mereka terbang ke arah selatan, sesekali melayang ke timur atau ke barat dalam bentuk kelompok yang selalu berubah-ubah dan setiap perubahan mempunyai daya tarik tersendiri.
Angin laut bertiup menebar udara lembab mengandung garam. Seorang tua berwajah angker tampak duduk di atas sebuah batu hitam berlumut di tepi pantai. Rambutnya yang putih panjang sebahu melambai-lambai diitup angin. Kedua matanya terpejam sedang sepasang tangan dirangkap di depan dada. Setiap saat ombak memecah di pantai dan menghantam batu berlumut itu, air laut muncrat membasahi tubuh dan pakaian bahkan terkadang sampai kemukaorang tua bertampang angker ini. Namun seperti tidak merasakan atau tidak perduli dia tetap saja duduk tidak bergerak. Sepasang matanya yang terpejam juga tidak berkedip sedikit pun dan rahangnya yang tertutup cabang bawuk liar terkatup rapat.
Di udara burung-burung kelelawar masih terus terbang berputar-putar. Di atas batu hitam berlumut, orang tua yang duduk seolaholah tengah bersemadi itu perlahan-lahan membuka kedua tangannya yang dirangkapkan di depan dada. Yang sebelah kiri diletakkan di atas paha kiri sedang yang kanan diangkat ke atas dengan telapak terbuka menghadap ke langit. Bibirnya yang berw
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #39 : Kelelawar Hantu Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment